Menumbuhkan Inisiatif Dan Respon Lokal Kampung KB Juara (Refleksi Penguatan Kampung KB di Jawa Barat)

Oleh :
Linda Yuliantini dan Wiwin Winarni
Local Support Team Indonesia Competence


Sejak dicanangkan pertama kali pada tahun 2016 di Kabupaten Cirebon oleh Presiden Joko Widodo, nama Kampung KB semakin dikenal khususnya bagi pegiat KB, meskipun belum semua pihak mengetahui dan memahami apa sebenarnya Kampung KB. BKKBN merupakan instansi yang ditunjuk sebagai penanggung jawab dalam pembentukkan Kampung KB di seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia. Hingga saat ini di Jawa Barat telah terbentuk sekitar 2.037 Kampung KB (Advokasi & KIE Jabar, 2019). Kampung KB merupakan sebuah inovasi integrasi program Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) dengan penguatan 8 fungsi keluarga diantaranya agama, reproduksi, cinta kasih, perlindungan, pendidikan, sosial budaya, ekonomi, serta pelestarian lingkungan. Integrasi program tersebut tidak terbatas pada program KB semata, akan tetapi bagaimana mengintegrasikan seluruh program pembangunan yang dikelola oleh, dari dan untuk masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas serta kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Kampung KB sendiri disinyalir sebagai sebuah wahana dalam memberdayakan masyarakat yang diyakini memiliki kekuatan, inisiatif serta daya juang dalam membangun dan mengembangkan potensi Kampung KB di tingkat basis.

Perkumpulan Indonesia Competence atau IndoCompetence sebagai mitra Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat telah bekerja sama sejak 2010 dalam kegiatan pembekalan petugas lapangan KB di Jawa Barat untuk pendampingan penggerakkan partisipasi masyarakat dalam program KB, kependudukan dan ketahanan keluarga di beberapa kabupaten/kota. Pada tahun 2019, IndoCompetence telah melakukan pembinaan dan penguatan program di 13 Kampung KB di Kota Bandung melalui pendekatan yang fokus pada kekuatan atau strength-based approach ke dalam langkah nyata dan sederhana yang bertujuan untuk membangun dan mengembangkan komunitas yang lebih baik. Melalui sebuah proses siklus hidup yang terus-menerus, memungkinkan setiap individu dan komunitas tumbuh, berkembang, belajar serta memiliki kompetensi. Prinsip dasar dari pendekatan ini yakni SALT yang dilaksanakan dalam pendekatan Community Life Competence Process (CLCP). Kekuatan-kekuatan tersebut dapat dikelola, dipelajari, dipraktekkan dan ditularkan kepada setiap individu dan komunitas yang ada di Kampung KB itu sendiri karenanya menghargai kekuatan individu atau komunitas dapat meningkatkan kehidupan (Profil IndoCompetence).


Bagaimana kami bekerja?

Sebagai tools, SALT merupakan cara berpikir dan bekerja. Bersama komunitas, kami menilai kemampuan diri sendiri, memberikan bantuan, menghargai apa yang kita miliki, belajar dan menularkan pengetahuan serta keterampilan hidup. Dari keseluruhan proses SALT, mendengar merupakan hal penting yang perlu digugah dan dilakukan terus menerus oleh siapa pun tanpa terkecuali. Pendekatan SALT sebagai cara berpikir kemudian diterjemahkan menjadi langkah-langkah proses belajar yang paripurna meliputi sesi belajar (training, workshop, sosialisasi), kunjungan SALT, Learning event/festival serta mengukur perubahan.

 

Gambar 1. SALT/CCLP Action and Learning Cycle

 

Adapun langkah-langkah proses belajar tersebut dimulai dengan menggugah (stimulate) inisiatif dan kerja komunitas melalui pertanyaan-pertanyaan positif yang menginspirasi, saling mendukung (support) dengan cara menghargai (appreciate) kekuatan setiap individu dan komunitas, lalu bertemu serta bersilaturahmi untuk bertukar pikiran juga pengalaman, saling belajar (learn) atau mengambil pelajaran dari setiap pertemuan atau silaturahmi tersebut. Pada tahap selanjutnya, diharapkan setiap individu ataupun komunitas dapat menerapkan atau menitiktularkan (transfer) apa yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari serta kerja-kerja komunitas dalam lingkungan Kampung KB.

 

Gambar 2. Prinsip SALT

 

Prinsip SALT diterjemahkan ke dalam enam langkah CLCP yakni pertanyaan yang menggugah, gambar mimpi, kerangka Self-assessment, kerangka perencanaan cerdas, after activity or experience reflection (AAR/AER), serta penanda perubahan (Profil IndoCompetence). Seperti yang tergambar berikut ini:

 

Gambar 3. Langkah CCLP

 

Sekitar 360 pekerja lapangan telah dibekali SALT dan CLCP melalui training dan asistensi jarak jauh. Proses berbagi, saling menyemangati, mendukung dan belajar diantara peserta latih dari kurang lebih 40 Kampung KB binaan memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap program KB di Jawa Barat.


Dalam perjalanannya banyak pengalaman serta kisah menarik dari para pegiat KB serta komunitas di lapangan khususnya di Kampung KB Kota Bandung diantaranya:

1.    Kampung KB Erma Kelurahan Ledeng Kecamatan Cidadap Kota Bandung

Erma merupakan kepanjangan dari RW lima. Kampung KB ini dibentuk sekitar 6 bulan lalu, akan tetapi hasilnya sangat menakjubkan. Kiprah dan semangat yang ditorehkan oleh koordinator Pos KB kecamatan yang juga seorang bidan, Yeti Suryani ini mampu membuat sebuah terobosan yang bagus di kampung KB tersebut. Integrasi program KKBPK yang semula tercecer menjadi terintegrasi. SALT sebagai cara berpikir dan bekerja diterapkan di Kampung KB ERMA diawali dengan membangun mimpi dan membuat program kerja dari semua unsur yang terlibat diantaranya pengurus Kampung KB, kader baik dari RW maupun kelurahan yang terdiri atas remaja, lansia, dan lain-lain, mereka berdiskusi dan mempresentasikan program kerja masing-masing.

Kemudian pada pertemuan berikutnya, peserta menilai kemampuan diri sendiri yang dituangkan dalam skema yang dapat dimonitor serta dinilai ulang oleh semua. Kegiatan UPPKS sudah mulai berjalan melalui penjualan Sate Maranggi sebagai branding dari Kampung KB ERMA ini, hasil penjualan kemudian menjadi pendapatan yang akan dikelola dari, oleh, dan untuk masyarakat. Harapannya mimpi dan langkah nyata tersebut dapat dicapai suatu saat nanti, sehingga slogan ‘RW Lima Juara’ menjadi sebuah keniscayaan.

 

 

Pendekatan SALT coba diterapkan pada setiap individu, kader, pengurus serta pokja Kampung KB melalui kegiatan-kegiatan nyata yang telah dituangkan dalam rencana kegiatan masing-masing fungsi yang akan dievaluasi secara rutin. Semakin banyak masyarakat yang terlibat di dalam Kampung KB, semakin baik pemberdayaan bagi masyarakat itu sendiri. Sehingga keberlangsungan Kampung KB tidak sekedar sebuah program yang akan selesai suatu saat nanti, akan tetapi inisiatif dan respon lokal masyarakat dapat terus digali dan dikembangkan selayaknya sebuah kehidupan yang terus berjalan.

2.    Kampung KB Flamboyan RW 09 Nyalindung Kelurahan Ciumbuleuit Kecamatan Cidadap Kota Bandung

Tidak jauh berbeda dengan Kampung KB Erma, Kampung KB ini dibentuk setahun yang lalu. Wilayah yang dihuni oleh 781 Jiwa (kampungKB.bkkbn.go.id) terdiri atas 406 Jiwa laki-laki dan 375 jiwa perempuan serta 237 KK ini pernah mendapatkan juara dua tingkat provinsi Jawa Barat. Dulu sebelum ada Kampung KB, pernikahan dini banyak di wilayah ini. Anak-anak terpaksa dinikahkan sebagai akibat dari kultur dan adat istiadat yang berakar. Dengan adanya Kampung KB, tradisi yang lambat laut mulai ditinggalkan ini dapat dihilangkan secara perlahan melalui program Pendewasaan Usia Perkawinan, GenRe, serta program lainnya yang melibatkan remaja. Sebagai implementasi dari fungsi ekonomi, kegiatan BUDIKDAMBER (Budi Daya Ikan dalam Ember) menjadi salah satu program yang akan dikembangkan, harapannya satu rumah lima ember dapat terealisasi di kemudian hari. Selain budi daya ikan dalam ember, teh herbal menjadi produk unggulan yang akan digarap di wilayah ini, memanfaatkan tanaman tradisional yang tumbuh di sekitar kampung, menjadikan teh herbal ini sebagai branding Kampung KB Flamboyan tersebut. Keberadaan rumah dataku yang sudah cukup baik mendapat perhatian dari pusat dengan diberikannya satu unit komputer untuk mendukung ketersediaan data di Kampung KB ini, meskipun hingga saat ini, pengadaan tersebut masih dalam proses. Setiap kegiatan yang dilakukan selalu diunggah secara online pada website Kampung KB yang sudah tersedia. Satu hal yang unik, gang-gang rumah yang ada, dibuat dan diberi nama alat-alat kontrasepsi yang dibuat secara swadaya oleh masyarakat. Mimpi besar yang ingin diraih dituangkan dalam gambar dan program kerja yang dibuat berdasarkan harapan semua pihak.

 

Gambar 4. Mimpi Kampung KB Flamboyan RW 09

 

Program kerja masing-masing fungsi diejawantahkan dalam rencana kegiatan yang dibuat sejalan dengan kebutuhan dan potensi di wilayah ini. Masing-masing pihak berkontribusi dalam penyusunan program kerja tersebut yang diwakili oleh kader, pengurus dan pokja Kampung KB, remaja, lansia, dan lain-lain. Dukungan pemangku kepentingan setempat menjadi salah satu prasyarat penting dalam membangun dan mengembangkan Kampung KB. Adanya alokasi anggaran untuk kegiatan telah dimasukkan dalam rencana kegiatan anggaran tahun 2020, diharapkan keberlangsungan program di daerah ini tidak terhenti meskipun tidak adanya anggaran yang mendukung. Mereka percaya semua individu dan komunitas yang ada memiliki kekuatan masing-masing yang dapat dioptimalkan untuk keberlangsungan program.

Perubahan perilaku individu akan membuat perubahan besar bagi perilaku komunitas di Kampung KB, sehingga diharapkan individu-individu yang terlibat memiliki kemauan dan semangat dalam memajukan Kampung KB. Meskipun baru berjalan satu tahun, dalam beberapa kesempatan, Kampung KB Flamboyan RW 09 ini selalu menjadi percontohan atau tujuan kunjungan dari beberapa pihak, baik kabupaten, provinsi, maupun pusat. Bahkan selalu diikutsertakan dalam beberapa perlombaan lainnya di tingkat Kota Bandung dan provinsi misalnya Lomba KB Kes & TMKK bersama Kodam III Siliwangi, dan pihak terkait lainnya.

3.   Kampung KB Anyelir RW 08 Kelurahan Neglasari Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung

“Lazy is sin” menjadi slogan yang dituangkan dalam gambar mimpi Kampung KB ini. Harapannya semua pihak yang terlibat dalam Kampung KB mengingat bahwa malas menjadi sebuah dosa sehingga orang-orang memiliki semangat dan berpikir positif membuat Kampung KB menjadi wadah semua orang tanpa terkecuali. Bagi RW 08 Kelurahan Neglasari, masuknya Kampung KB menjadi sebuah peluang untuk membangun daerahnya, meskipun berada di tengah Kota Bandung, akan tetapi daerah ini berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bandung dimana beberapa persoalan muncul diantaranya persoalan sampah yang masih menjadi momok bagi warga Kota Bandung sendiri.

 

Gambar 5. Mimpi Kampung KB Anyelir RW 08

 

Memanfaatkan potensi masyarakat yang memiliki kemampuan dalam bidang catering serta Wedding Organizer menjadi salah satu upaya melibatkan masyarakat dalam Kampung KB. Sejatinya Kampung KB masih dianggap sebagai tempat pelayanan KB dan milik segelintir orang, sehingga belum banyak masyarakat yang mengetahui apa itu Kampung KB. Semangat para kader lansia khususnya perempuan yang memiliki latar belakang pendidikan hanya sampai tingkat SD, menjadi hal positif yang patut diapresiasi. Hal tersebut menjadi sumber daya besar yang akan membawa perubahan ke arah lebih baik bagi kesejahteraan masyarakat.

4.   Kampung KB Asik YaYaYa RW 07 Kelurahan Pasir Wangi Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung

Kampung KB yang diberi nama ASIK Yayaya ini dicanangkan sejak Desember 2018. Wilayah yang dihuni oleh 1178 Jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 346 memiliki ciri khas tersendiri. Jumlah keluarga yang memiliki remaja lebih banyak yakni sebesar 199 dibanding keluarga yang memiliki balita dan lansia (kampungKB.bkbn.go.id). Persoalan yang menjadi fokus di wilayah ini berkaitan dengan remaja. Hampir sama dengan Kampung KB Flamboyan RW 09 Nyalindung, sebelum ada Kampung KB, di daerah ini terdapat tiga kasus persoalan perkawinan usia anak. Akan tetapi setelah adanya Kampung KB persoalan tersebut lambat laun tidak terjadi lagi seiring dengan meningkatnya pemahaman masyarakat. Sebagai mapping awal dan pemantauan, hal yang dilakukan di Kampung KB ini adalah menandai tiap rumah dengan sticker berkaitan dengan data-data KB diantaranya PUS, WUS dan jenis alat kontrasepsi yang dipakai di rumah tersebut.

 

 

Persoalan serupa yang dihadapi oleh Kampung KB ini yakni terkait pendanaan atau anggaran yang belum memadai, mereka mengandalkan swadaya dan urunan alakadarnya sehingga terkadang hal tersebut menjadi kendala. Akan tetapi kegiatan lain yang sudah diberikan bagi warga Kampung KB secara cuma-cuma oleh bidan setempat adalah tes IVA gratis sebagai wujud kepedulian bidan bagi masyarakat di Kampung KB ini. Selain persoalan anggaran, persoalan lainnya yakni masyarakat belum menyadari dan mengetahui adanya Kampung KB. Masyarakat masih menganggap Kampung KB hanya berkaitan dengan kegiatan KB, sehingga upaya sosialisasi masih gencar dilakukan. Kegiatan budidaya ternak lele yang digarap oleh remaja akan menjadi program unggulan berkaitan dengan fungsi ekonomi dalam rangka meningkatkan pendapatan bagi masyarakat. Berkaitan dengan branding yang ditonjolkan dari Kampung KB ASIK Yayaya, Kesenian Karinding menjadi salah satu hal yang menarik hasil kolaborasi antara PIK Remaja dan kader/pengurus Kampung KB. Kesenian yang dikemas dengan cerita tentang Kampung KB menjadi media sosialisasi untuk menarik minat masyarakat. Alat musik Karinding sendiri terbuat dari bambu yang dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan irama lagu yang menarik dan enak untuk dinikmati.


MASA DEPAN KAMPUNG KB

Kampung KB tidak boleh berhenti berinovasi dalam menyelesaikan permasalahan sosial. Masih banyak isu pengembangan masyarakat yang bisa ditangkap sebagai peluang dalam mengukuhkan peran Kampung KB. Sejauh yang IndoCompetence alami ketika melakukan pembinaan dan pendampingan, berikut rekomendasi arah Kampung KB kedepan.

a.    Realisasi BOKB

Di lapangan Kampung KB masih berkutat pada keberfungsian kelompok kegiatan sembari bergantung pada pembiayaan dana BOKB. Dana BOKB sendiri beragam penampakannya. Dari kontak yang dilakukan fasilitator-fasilitator Indocompetence pada sejumlah PKB di enam kabupaten/kota hanya dua kabupaten/kota yang merespon terealisasinya dana BOKB sampai tingkat kampung. Itupun dengan potongan di sana-sini. Ini menjadi pekerjaan kita bersama. Apalagi dikaitkan dengan inisisi pembentukkan tim advokasi KKBPK dan Kampung KB tingkat provinsi dan kabupaten kota di seluruh Provinsi Jawa Barat, maka tim ini adalah mengamankan realisasi pencairan dana BOKB. Menjadi suatu keharusan hakiki kecuali kita akan mendapati bahwa Kampung KB hanya sebatas wacana tanpa dipersenjatai amunisi sebagai modal awal yang bisa menstimulasi penggerakan sumber daya lain yang ada di lapangan.

b.    Pengayaan Model Kampung KB

Kita sepakat Kampung KB akan kehabisan semangat apabila hanya bergerak untuk mengaktifasi kelompok kegiatan. Sejumlah gagasan muncul merespon berbagai masalah sosial yang ada maka kami merekomendasikan dan melakukan sejumlah uji coba model Kampung KB sebagai berikut:

1.     Konseling Calon Pengantin Berbasis Kampung KB

Tidak banyak muda-mudi calon pengantin mendapatkan konseling atau kursus calon pengantin secara lengkap. Berapa orang dari kita yang secara sadar dan sunggung-sungguh isi buku nikah? Disana tertera 16 aspek yang harus dilakukan dalam membangun keluarga yang tangguh dan berkualitas. Berikut salinan Pedoman Menuju Keluarga Bahagia Sejahtera dari Buku Nikah yang diterbitkan Kementerian Agama RI:
1.   Cintailah Allah, karena Ia suci dan abadi
2.   Tingkatkan iman dan taqwa untuk memperoleh ketentraman dan kebahagiaan hidup berumah tangga
3.   Rumah tanggaku adalah surgaku
4.   Peliharalah diri, istri dan anak-anakmu dai azab neraka
5.   Ibu dan Bapak adalah teladan dan idola di rumah tangga
6.   Ibu adalah tiang negara. Apabila ibu baik, baik pulalah negara: apabila ibu rusak, rusak pulalah negara
7.   Surga berada di bawah telapak kali ibu
8.   Barang siapa yang bekerja dengan ikhlas untuk keperluan keluarganya, pahalanya sama dengan jihad di jalan Allah
9.   Bersih sebagian dari iman. Keluargaku beriman dan bersih
10.  Makanlah makanan yang halal, bergizi, sayur-sayuran dan buah-buahan
11.  Dengan ASI, bayi terawat dan ibu sehat dan cantik
12.  Dengan imunisasi TT1 dan TT2, ibu menyelamatkan bayinya
13.  Bergaul secara halal dan sehat
14.  Bila sakit (apapun) berobat dan bertaubat
15.  Keluarga kecil, bahagia, sejahtera dunia dan akhirat
16.  Bersabarlah menghadapi masalah

Keberadaan Kampung KB yang persis ada di wilayah dengan segala kerentanan, menjadi tantangan sekaligus peluang penyelesaikan masalah kemanusiaan. Kami membayangkan, paling tidak semua warga Kampung KB yang akan menikah dalam 6 bulan kesepan di data dan didampingi oleh pengurus Kampung KB agar lebih siap menghadapi pernikahannya. Banyak sekali yang bisa dilakukan Kampung KB dalam memberikan perlindungan dan pengayoman pada muda-mudi yang akan menikah. Depalan fungsi keluarga rasanya akan tepat dikenalkan dan dinternalisasikan tidak hanya pada calon pengantin (catin) akan tetapi pada keluarga besarnya. Bahkan screening HIV juga dilakukan pada tahap ini.

Petugas KB dan pengurus Kampung KB harus duduk bersama melakukan pendataan, mengidentifikasi nara sumber lokal (para guru, ustadzah, ustad, tomas toga dll) untuk turur aktif menjadi semacam “konselor dadakan” untuk anak-anak kita. Selanjutnya melakukan kunjungan berkala pada calon penganting dan melakukan dialog atau obrolan ringan tentang harapan mereka akan rumah tangganya kelak. Sejalan dengan itu maka pesan-pesan untuk membina dan membangun keluarga bahagia dan sehtera dalam disampaikan. Para pengurus juga harus berkoordinasi dengan puskesmas atau bidan setempat untuk memastikan bahwa calon pengantin mendapatkan layanan kesehatan yang dibutuhkan. Komunikasi dan koordinasi yang dipimpin oleh petugas KB harus terus dilaksanakan sampai semua kewajiban kita sebagai orang tua dan masyarakat lengkap membekali catin memasuki dan menjalankan peran ayah dan ibu mereka.

Pembinaan dari lintas sektor tentu sangat dibutuhkan utamanya untuk mempersiapkan kebutuhan dokumen sipil seperti kartu keluarga, BPJS, akses pada layanan kesehatan, pendamping lainnya. Termasuk juga diantaranya, Kampung KB harus mampu mengambil tindakan yang tepat manakala calon pengantin wanita sudah hamil. Apa yang harus dilakukan? Apakah kita akan tutup mata akan potensi praktek aborsi tidak aman? Atau kita memberikan alternative aborsi aman? Atau apabila kehamilan diputuskan untuk tetap dilanjutkan, apa yang pengurus Kampung KB bisa lakukan? Menyembunyikan kehamilan atau mendampingi dan mengayomi calon pengantin dan calon bayinya selamat sampai proses melahirkan terjadi? Lalu apa yang bisa kita lakukan pada calon ayah dari si bayi? Apakah kita akan menghukumnya beramai-ramai? Atau memberikannya kesempatan untuk membina keluarganya dan mencegah dia melakukan kesalahan serupa? Kampung KB, suka tidak suka atau siap tidak siap menghadapi fenomana ini.

Sebagai penggagas dan pembina apa yang akan kita lakukan? Model pembinaan yang sepeti apa yang harus dirumuskan? Mitra kerja mana yang akan dilibatkan? Dibutuhkan pola berpikir baru, agar kampung KB menjadi sarat fungsi, bukannya basa-basi.

2.    Kampung KB Aktif Cegah HIV-AIDS atau Aids Competence

Kampung KB yang berada di wilayah perkotaan dan berada di daerah pertumbuhan industri manufaktur dan pusat pertumbuhan ekonomi bisa dibina dan dikuatkan untuk mencegah penularan HIV-AIDS. Dari sejumlah sistem layanan penyakit menular, sistem pelayanan dan pencegahan HIV-AIDS adalah yang paling lengakap. Aspek demand side dan services side telah terbangun sejak 20 tahun terakhir dengan bantuan bergabai badan donor dan LSM internasional. Tinggal bagaimana Kampung KB yang bergerak di sisi demand side dapat memberikan warna dan kontribusi.

Petugas Keluarga Berencana adalah play maker pada Kampung KB aktif cegah HIV yang memulai pembinaan dengan merubah pola berpikir warga bahwa HIV-AIDS dapat menulari diri dan keluarganya. Sehingga ada kesadaran untuk aktif mengambil peran sebagai individu maupun kelompok agar tidak tertular. Selanjutnya PKB membangun mekanisme kerja dengan cara meningkatkan pengetahuan dan kapasitas pengurus dan kelompok sasaran. Kapasitas dibagi dua. Pertama bagaimana memperkuat semua anggota keluarga kelompok sasaran POKTAN dengan pengetahuan pencegahan dan akses terhadap layanan konseling dan kesehatan apa bila dibutuhkan. Yang kedua adalah kapasitas untuk merespon dan bergaul dengan baik dan sesuai pada empat kelompok populasi yang memiliki perlaku berisiko tinggi tertular HIV-AIDS. Kelompok ini adalah mungkin anak, anggota keluarga atau tetangga kita. Mereka adalah wanita penjaja seks, waria, pengguna jarum suntil dan laki-laki seks dengan laki-laki. Kemampuan warga Kampung KB merespon dengan baik anggota dari keempat anggota populasi ini menjadi indikasi yang sangat baik praktek stigma dan diskriminasi dalam penanggulangan HIV-AIDS. Bermitra dengan komunitas atau LSM yang menangani HIV-AIDS akan membuka komunikasi yang baik sehingga pemahaman dan persaudaraan kedua belah pihak akan terjalin. Ujungnya adalah stigma dan diskriminasi akan semakin berkurang.

Pada konteks pelayanan reproduksi atau KB, kampung KB memiliki peran besar dalam pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS dari ibu ke anak atau PPIA. Pengurus Kampung KB dan Kader sangat bisa memastikan bahwa ibu hamil di antara mereka diantar dan dipastikan untuk melakukan pemeriksaaan kehamilan atau antenanal care (ANC) termasuk didalamnya test HIV. Seratus % ibu hamil test HIV adalah tugas utama pengurus kampung KB dalam aktif cegah HIV. Berikutnya adalah pengayoman pada balita di POKTAN BKB. Pastikan semua balita diperiksa kesehatannya. Apabila ada balita diare atau terindikasi TB paru, maka kasus dan balita menjadi tanggung jawab bersama pengurus kampung KB.

3.    Kampung KB Rumah Remaja

Kelembagaan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja atau PIK-R terpisah dengan struktur Kampung KB. Rusmanto (2019) menemukan bahwa PIK-R tidak akan berkembang dengan baik tanpa dukungan dari orang dewasa. Apa yang bisa Kampung KB lakukan untuk memperkuat PIK-R atau institusi lain misalnya Posyandu Remaja? Lalu remaja mana yang akan aktf terlibat pada institusi tersebut? Apakah remaja yang sudah baik? Ataukah semua anak remaja warga pengurus Kampung KB?
IndoCompetence menemukan titik kritis dari keberlangsungan program remaja di lapangan. Orang tua masih enggan mengijinkan anak-anaknya berkegiatan karena orang tua tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan parenting. Inti dari Kampung KB Rumah Remaja adalah membekali kelompok sasaran POKTAN Bina Keluarga

Remaja atau BKR dengan keterampilan parenting.
Petugas KB kembali menjadi ujung tombak dalam membumikan konsep ini. Diawali dengan pemaparan informasi akan fenomena kesehatan mental remaja akibat invasi internet, permasalahan orang tua, bully dan tekanan lainnya yang menyebabkan 18,6% remaja memiliki ide bunuh diri (Yusuf, 2019). Kesejahteraan remaja bergantung pada ketahanan keluarga dan kesehatan pola hubungan ayah atau ibu. Ini menjadi fokus pembinaan BKR.

Teknik dasarnya adalah dialog. Dialog yang membuka pengetahuan kita semua akan kekuatan dan harapan para orang tua untuk anak-anak remajanya. Dialog mudah diucapkan akan tetapi sulit untuk dipraktikkan. Pembiasaan parenting pada Kampung KB harus dilakukan dengan model dialog. Petugas KB bisa bermitra dengan konselor, pembina remaja, guru PAUD, LSM atau petugas puskesmas ketika melakukan pembinaan dengan model dialog. Dialog ini yang memungkinkan semua anggota BKR menumpahkan kekhawatiran, kemarahan, kebanggaan dan harapan pada anak remajanya. Fokuslah pada hal-hal yang positif dan kekuatan yang dimiliki oramg tua dan remaja. Hal-hal positif itu menjadi modal untuk kita melakukan pembinaan.

Setelah dialog terjadi, maka ajaklah sasaran merumuskan harapan bersama. Harapan ini menjadi referensi utama melakukan rencana kerja atau pembinaan selanjutnya. Sebagai pendekatan pola belajar orang dewasa, mengenalkan parenting tentu membutuhkan waktu. Sesekali remaja anak dari kelompok sasaran harus diundang dilibatkan dalam pembinaan. Pada kesempatan ini, kita membukakan model dialog lintas generasi. Perlu kami ingatkan lagi, dialog harus fokus pada hal-hal yang positif. Protes ataupun complain harus ditampung dan ditangani dengan baik. Itu sebab pembinaan harus bermitra dengan para pihak yang kompeten. Pastikan kohort tetap berjalan sehingga keberhasian parenting bisa terpantau.

4.    Kampung KB Rumah Difable

Kesadaran Kampung KB harus tanggap terhadap warga yang berkebutuhan khusus muncul kekita kami berdialog dengan salah satu relawan yang memiliki kepakaran pada perlindungan anak dengan berkebutuhan khusus. Beberapa dari anak tersebut mengalami kekerasan seksual berat. Kawan relawan saya mengatakan bahwa sebelum terlibat dengan isu kespro dan KB, dia sama sekali tidak memikirkan bagaimana anak-anak disabilitas ini apabila memiliki hasrat seksual? Bagaimana mereka merawat organ kelamin ketika datang bulan atau mimpi basah?

Kami kemudian menghubungkan dengan kenyataan bahwa Kampung KB berada di daerah yang sera rentan akibat keterbelakangan ekomoni. Tidak menutup kemungkinan bahwa ada keluarga yang memiliki anak atau anggota keluarga difable atau berkebutuhan khusus. Kami baru memilirkan tahap awal, dimana PKB kembali harus mengambil inisiasi pendataan yahg dilanjutkan dengan kunjungan rumah. Kemitraan dengan dinas sosial, jaringan aktifis difable, panti dan LSM yang fokus pada isu ini wajib dilakukan, sehingga anggota keluarga dengan kebutuhan khusus dapat ditangani.

Tahap berikutnya adalah pendampingan bagi keluarga agar mereka memiliki pengetahuan bagaimana menangani anak atau anggota keluarga difable. Bersama dengan pengurus Kampung KB yang lain, PKB dan mitra terkait mempelajari informasi, system rujukan dan layanan yang dibutuhkan termasuk membentuk tim reaksi cepat agar bisa segera memberikan bantuan pada keluarga dengan anggota keluarga difable.


Kami yakin Kampung KB adalah connector yang menghubungkan semua institusi pemberi layanan dan pelaku pembangunan sehingga menjalankan tugasnya tepat sasaran. Kampung KB juga merupakan sumber keberlanjutan pembiayaan pembangunan karena memiliki akses pada dana desa, dana pengembangan masyarakat sebagai bagian dari tanggung jawan sosial perusahaan, lokus dan fokus penelitian akademisi, sumber informasi dan edukasi bagi masyarakat melalui pemberitaan media. Kampung KB juga adalah rumah bagi ayah, ibu, anak, nenek, kakek, paman, bibi, uwak dan semua dari kita. Hayuk bermitra. Hayuk bersama. Menyelesaikan masalah sosial dengan kekuatan kolaborasi dan sinergi pentahelix.


Sumber Pustaka

Kementerian Kesehatan RI, Asosiasi Federasi Psikiater Asia dan Perhimpunan Dokter Spesialist Kedokteran Jiwa DKI Jakarta, 2019. Riset

Rusmanto, A (2019),Implementasi Kebijakan Program Generasi Berencana (GenRe) melalui kelompok Pusat Informasi Konseling Remaja Di Kabupaten Bandung Barat.

Winarni, W (2019). Model Pentahelix Kampung KB di Jawa Barat – Paper Konferensi The First International Indonesian Family Planning Conference – Jogjakarta 29 Sept – 2 October)

Winarni, W, Yuliantini L, Djiab WF, (2019), Kampung KB as an Approach of Expanding Sustainable Access to Family Planning. Paper Konferensi The First International Indonesian Family Planning Conference – Jogjakarta 29 Sept – 2 October)

Perkumpulan Indonesia Competence, 2018. Profil.

Advokasi & KIE Jabar, 2019. Kampung KB Jawa Barat. BKKBN Provinsi Jawa Barat.
KampungKB.bkkbn.go.id.