Meningkatkan Kualitas Keluarga Untuk Menghadapi Bonus Demografi
oleh :
Aulia Andriane
Pengertian dasar untuk memahami bonus demografi adalah kondisi komposisi penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia non produktif (dibawah 15 dan diatas 65 tahun) dalam rentangan waktu tertentu. Hal ini menjadi sebuah peluang sekaligus tantangan dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk. Nyatanya fenomena ini akan menimbulkan beragam masalah pada komponen-komponen struktur penduduk diantaranya yaitu jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, komposisi penduduk, persebaran penduduk, kualitas penduduk, kondisi kesejahteraan penduduk, kondisi politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial, budaya, agama dan juga lingkungan. Langkah pertama untuk menyiapkan diri menghadapi bonus demografi adalah salah satunya lewat peningkatan kualitas keluarga. Diantaranya peningkatan mutu pendidikan anak, program keluarga berencana, diadakannya kampung KB untuk menekan jumlah fertilitas di lingkungan masyarakat miskin, peningkatan kualitas pertumbuhan dan perkembangan anak dan ibu lewat lembaga-lembaga kesehatan, pengendalian mortality rate, serta maternal mortality rate. Sehingga nantinya tercipta generasi bangsa yang siap, berkualitas, dan mampu membangun bangsa.
Bonus Demografi Untuk Meningkatkan Kualitas Keluarga
Pembangunan ekonomi sudah layakna dinikmati setiap warna Negara tanpa terkecuali. Seperti yang sudah dijelaskan diawal bahwasannya bonus demografi haruslah dimanfaatkan dengan baik, jika tidak justru kesempatan baik yang akan didapat hanyalah angan-angan semata bahkan justru akan menimbulkan ketimpangan disegala komponen. Salah satu cara melihat ketimpangan yang terjadi adalah dengan melihatnya lewat ruang lingkup keluarga. Salah satu hal yang memperburuk perekonomian keluarga adalah saat keluarga tersebut memiliki banyak anak karena hal ini akan menyebabkan keluarga terseut harus bekerja lebih keras hanya untuk mempunyai pendapatan perkapita tertentu disbanding dengan keluarga lain yang hanya memiliki anak lebih sedikit.
Akibatnya, keluarga dengan jumlah anak yang banyak perlu membagi sumberdaya yang ada dengan anggota keluarga yang lain untuk memenuhi kualitas kehidupannya. Tidak dapat dipungkiri, keluarga miskin cenderung memiliki jumlah anak yang lebih banyak jika dibandingkan dengan keluarga non miskin. Hal ini berdampak pada sulitnya keluarga miskin untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Kondisi ini pula yang menyebabkan ketimpangan antarmasyarakat semakin tinggi.
Keluarga merupakan tempat pertam untuk melahirkan generasi bangsa yang baik. Untuk melahirkan generasi yang baik maka diperlukan kehidupan yang baik pula dari keluarga tersebut. Salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mengadakan program KB (keluarga berencana). BKKBN berusaha memberikan penyuluhan dan sosialisasi yang maksimal untuk setiap keluarga guna menekan angka kelahiran, mengatur kelahiran dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Nantinya setiap eluarga mampu memaksimalkan anggota keluarga yang ada khususnya usia produktif agar mampun memanfaatkan potensi yang ada yang nanti dapat membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga. Selain itu BKKBN juga berusaha untuk memperhatikan kesehatan dari setiap keluarga. Sebab kesehatan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan yang baik pada anak dan keluarga. Saat seluruh anggota keluarga sehat, maka mereka mampu memaksimalkan potensi mereka dengan baik.
Perhatian terhadap agar setiap anak dilahirkan berkualitas, termasuk memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak di 1000 hari pertama kehidupan, 270 hari saat masih di kandungan, dan 730 hari minum air susu ibu. Hal ini bertujuan agar orangtua cerdas dalam mengurus buah hati mulai dari kebutuhan gizi hingga stimulus perkembangannya.
Pelaksanaan program KB awalnya berpusat pada klinik-klinik dan rumah-rumah sakit. Setelah program KB dinilai penting untuk kesehatan dan kesejahteraan keluarga, keikutsertaan masyarakat terus digalakkan dan meluas diberbagai klinik dan rumah sakit. Melihat jumlah penduduk yang terus meningkat serta peserta KB yang menurun, awal tahun 2014 BKKBN berkoordinasi dengan BPJS terkait program keluarga berencana.
BPJS kesehatan bergerak pada demand side (akses jaminan) sementara Kementrian Kesehatan dan BKKBN pada supply side (penyedia provider, alat kontrasepsi). Selain itu, kampanye “DUA ANAK CUKUP” terus digaungkan untuk mengganti slogan “BANYAK ANAK BANYAK REZEKI”. Tidak hanya kampanye, pemerintah juga menyediakan sarana-sarana keluarga berencana serta peningkatan pengetahuan, sikap dan praktek keluarga berencana. Biasanya hanya daerah perkotaan atau yang memiliki akses yang lebih peduli terhadap program KB.
Tidak hanya itu, usaha terus dilakukan untuk meninggkatkan kualitas keluarga dengan didirikannya KAMPUNG KB, ini bertujuan mengurangi secara signifikan angka putus sertaan dalam program KB. Kampong KB sendiri bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di tingkat kampong atau yang setara melalui program kependudukan,keluarga berencana dan pembangunan keluarga. Monitoring dan evaluasi akan dilakukan setiap tiga bulan atau per-enam bulan maupun pertahun, sehingga data-data dapat lebih akurat dan dengan adanya kampong KB dapat mengevaluasi apa saja yang dilakukan kedepannya sebelum bonus demografi di Tahun 2020.
Bangsa Indonesia juga menghadapi masalah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas atau lanjut usia (lansia) diperkirakan meningkat menjadi 80 juta pada tahun 2030, atau naik 23-24 persen. Oleh karena itu, BKKBN perlu meluncurkan program Bina Keluarga Lansia (BKL) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup para lansia. Kegiatan yang dilakukan antara lain penyuluhan, kunjungan rumah, rujukan dan pencatatan serta pelaporan.
Hal yang sangat mempengaruhi masalah demografi juga terjadi karena masuknya budaya asing bagi generasi remaja yang menjadi tantangan keluarga berkualitas. Tapi hal ini dapat dikurangi dengan pendampingan keluarga pada anak. BKKBN juga mengajak seluruh keluarga untuk melakukan tiga hal penting, Pertama, memperkuat kembali fungsi keluarga dari segi agama, pendidikan, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosial budaya, ekonomi dan lingkungan; Kedua, menata kembali manajeman keluarga dimulai dari kapan menikah, kapan punya anak, jumlah anak dan kapan berhenti melahirkan; dan Ketiga, meningkatkan kualitas penduduk dan keluarga melalui program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga.